Review Throwback Tulus - Gajah : Sebuah undangan untuk merenung, mengenang, dan merayakan keindahan

 


Di lorong-lorong kenangan yang berliku, Tulus mengajak kita menapaki jejak-jejak waktu dalam album Gajah. Sebuah perjalanan musikal yang tak sekadar mengulang, melainkan menggali kembali permata-permata terpendam dari masa lalu, dipoles dengan sentuhan kedewasaan dan kehangatan yang hanya bisa diberikan oleh waktu. Seperti gajah yang bijaksana, album ini membawa beban memori kolektif, merayakan perjalanan panjang sang musisi, sekaligus merangkul pendengar dalam pelukan nostalgia yang menenangkan. Setiap lagu adalah sebuah cerita, sebuah fragmen dari mozaik kehidupan yang dirajut dengan lirik puitis dan melodi yang menggetarkan jiwa. Gajah bukan sekadar album, ia adalah sebuah undangan untuk merenung, mengenang, dan merayakan keindahan yang tersembunyi dalam perjalanan hidup. Sebuah loncatan yang jauh dari album debutnya dan ini adalah perkenalan saya dengan musik Tulus yang sampai saat ini album ini yang paling saya hafal liriknya di tiap trek.





"Baru" adalah lagu pembuka yang menonjol dari album Gajah. Sebuah lagu yang memancarkan semangat optimisme dan harapan. Melodi lagu ini terasa segar dan bersemangat, dengan sentuhan pop yang ceria dan mudah dicerna. Irama yang dinamis dan aransemen yang kaya akan instrumen menciptakan atmosfer yang positif dan membangkitkan semangat. Tulus mengajak pendengar untuk melepaskan masa lalu dan berani melangkah maju, meninggalkan zona nyaman demi mencapai potensi diri yang lebih besar. Secara keseluruhan, "Baru" adalah sebuah karya yang indah dan penuh makna. Lagu ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan inspirasi dan semangat untuk merangkul perubahan dan menjalani hidup dengan penuh optimisme. Album Gajah memperkuat makna perlawanan atas masa lalu dan berusaha move on di lagu trek-trek berikutnya. Tulus, dengan ciri khas vokalnya yang hangat dan penuh perasaan, berhasil menghidupkan setiap kata dalam "Bumerang". Liriknya bercerita tentang karma dan akibat dari perbuatan menyakiti orang lain, disampaikan dengan bahasa yang puitis namun lugas. Pesan moral tentang pentingnya memperlakukan orang lain dengan baik tersirat kuat, mengingatkan kita bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi. "Sepatu" adalah salah satu lagu paling ikonik dari album Gajah, yang berhasil mencuri hati pendengar dengan liriknya yang puitis dan melodi yang menyentuh. Lagu ini menggambarkan perasaan cinta yang terpendam, di mana dua insan saling mencintai namun tak bisa bersatu, layaknya sepasang sepatu yang selalu berdampingan namun tak pernah menyentuh. Iramanya yang sendu namun tetap mengalun indah, dipadukan dengan aransemen musik yang minimalis namun berkesan, menciptakan atmosfer yang menghanyutkan. Penggunaan instrumen akustik seperti gitar dan piano semakin menambah kesan intim dan personal pada lagu ini. Tulus, dengan kemampuannya yang luar biasa dalam merangkai kata, berhasil menciptakan lirik yang puitis namun sarat makna dalam lagu "Bunga Tidur". Berbicara tentang perjuangan seseorang dalam meraih impiannya, di tengah keraguan dan tantangan yang menghadang. Liriknya penuh dengan metafora dan simbolisme, mengajak pendengar untuk menggali makna yang lebih dalam dari setiap kata. Vokal Tulus yang khas, dengan karakternya yang hangat dan penuh perasaan, berhasil menghidupkan setiap kata dalam "Bunga Tidur". Ia mampu menyampaikan emosi yang terkandung dalam lirik dengan begitu meyakinkan, membuat pendengar ikut merasakan semangat dan harapan yang terpancar dari lagu ini. "Tanggal Merah" merupakan salah satu lagu yang menonjol dalam album "Gajah" karya Tulus. Lagu ini membawa nuansa ringan dan ceria, mengajak pendengar untuk merayakan momen-momen istirahat dan melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari.



Lagu yang dengan judul utama pada album ini memang merupakan lagu paling ikonik di album ini dan juga sepanjang musik Indonesia di era 2010'an. Tulus, dengan kemampuannya yang luar biasa dalam merangkai kata, berhasil menciptakan lirik yang sarat makna namun tetap mudah dipahami. "Gajah" menceritakan tentang perjalanan seorang individu dari masa kecil hingga dewasa, di mana ia belajar menerima dirinya sendiri, termasuk kekurangan dan kelebihannya. Liriknya penuh dengan metafora dan simbolisme, mengajak pendengar untuk menggali makna yang lebih dalam dari setiap kata. "Gajah" adalah sebuah lagu yang menginspirasi dan menyentuh hati. Ia mengajarkan kita untuk menerima diri sendiri, menghargai setiap pengalaman hidup, dan terus melangkah maju meskipun menghadapi tantangan. Lagu ini juga mengingatkan kita bahwa setiap individu memiliki perjalanan hidupnya masing-masing, dan kita harus menghormati perbedaan tersebut. "Gajah" adalah bukti nyata bahwa musik bisa menjadi medium untuk menyampaikan pesan-pesan positif tentang kehidupan, memberikan kekuatan dan semangat bagi siapa pun yang mendengarkannya. "Lagu Untuk Matahari" adalah sebuah permata inspiratif dalam album "Gajah" karya Tulus, sebuah lagu yang memancarkan semangat optimisme dan keyakinan diri. Lagu ini seperti sebuah surat cinta untuk jiwa-jiwa yang sedang meredup, sebuah pengingat bahwa kita semua memiliki cahaya sendiri yang layak bersinar. Aransemen musiknya yang sederhana namun indah, dengan dominasi gitar akustik, bass yang funky dan piano yang jazzy, memberikan nuansa yang hangat dan menenangkan. Lagu ini juga menunjukkan kemampuan Tulus dalam menulis lirik yang puitis dan inspiratif, membuatnya menjadi salah satu lagu favorit di album Gajah.



Melodi "Satu Hari di Bulan Juni" pun tak kalah memikat. Iramanya yang lembut dan mengalun indah dengan backing vocal yang membawa kesan jazzy, dipadukan dengan aransemen musik yang minimalis namun elegan, menciptakan atmosfer yang romantis dan menghanyutkan. Penggunaan instrumen akustik seperti gitar dan piano semakin menambah kesan intim dan personal pada lagu ini. Kesan vintage pada album ini benar-benar terasa. Vokal Tulus yang khas, dengan karakternya yang hangat dan penuh perasaan, berhasil menghidupkan setiap kata dalam "Satu Hari di Bulan Juni". Ia mampu menyampaikan emosi yang terkandung dalam lirik dengan begitu meyakinkan, membuat pendengar ikut merasakan kebahagiaan dan cinta yang terpancar dari lagu ini. Sebagai penutup pada album ini "Jangan Cintai Aku Apa Adanya" menjadi suatu track penutup yang tepat. Lagu yang berani melawan arus, menantang kita untuk melihat cinta bukan hanya sebagai penerimaan, tetapi juga sebagai dorongan untuk saling bertumbuh. Lagu ini mengingatkan kita bahwa cinta sejati tidak hanya menerima kekurangan pasangan, tetapi juga mendorong mereka untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri. Sebuah pesan yang begitu berharga, terutama di tengah gempuran lagu-lagu cinta yang seringkali terjebak dalam klise. Kita seolah-olah sedang mendengar curahan hati seseorang yang begitu tulus dan jujur.



Gajah adalah bukti nyata bahwa musik pop Indonesia bisa menawarkan lebih dari sekadar hiburan. Ia bisa menjadi teman setia dalam perjalanan hidup, menemani kita dalam suka maupun duka. Album ini mengingatkan kita bahwa setiap momen, setiap perasaan, setiap pengalaman, adalah bagian dari perjalanan yang membentuk diri kita. Seperti gajah yang meninggalkan jejak tak terhapuskan di setiap langkahnya, Gajah juga meninggalkan kesan mendalam di hati pendengarnya. Album ini adalah sebuah perayaan atas perjalanan panjang Tulus sebagai musisi, sekaligus sebuah undangan untuk merayakan perjalanan hidup kita sendiri. Di akhir perjalanan musikal ini, kita diingatkan bahwa hidup adalah sebuah proses yang terus berlanjut. Ada saatnya kita tertawa, ada saatnya kita menangis, ada saatnya kita jatuh, dan ada saatnya kita bangkit. Namun, yang terpenting adalah kita terus melangkah, terus belajar, dan terus tumbuh. Gajah adalah sebuah pengingat bahwa keindahan hidup terletak pada perjalanan itu sendiri, bukan hanya pada tujuan akhir. Ia adalah sebuah persembahan yang tulus dari Tulus untuk kita semua, sebuah album yang akan terus dikenang dan dihargai sepanjang masa.




Super Track : Gajah

Genre : Jazz, Pop

Tanggal Rilis : 19 Februari 2014

Durasi : 29 Menit

Label : Demajors

Produser : Ari Renaldi

Comments